Wednesday, 15 October 2014

#10 Aerospace Engineering

"Nu, jurusan apa kau di ITB?"
Tahun pelajaran 2013/2014, saya harus menjelaskan bahwa di ITB belum terjuruskan di tingkat 1.
Sekarang, saya bisa menjawab, "Teknik Penerbangan, Aeronotika dan Astronotika, atau Aerospace Engineering"
Namun ada pertanyaan yang sering muncul, "Apa yang dipelajari di situ? Jadi Pilotkah?"


Aerospace Engineering
Dalam pandangan saya, secara singkat, teknik penerbangan, aeronotika dan astronotika, atau aerospace engienering adalah ilmu kerekayasaan yang mempelajari design, pengujian, manufaktur, perawatan, dan perbaikan segala benda terbang, di dalam dan luar atmosfer, subsonik hingga hipersonik, dan sipil maupun militer.

Secara formal, di ITB memiliki struktur kurikulum untuk Program Studi Sarjana Aeronotika dan Astronotika. 

Untuk saya yang berada di tingkat 2, umumnya mata kuliah yang diambil adalah:
1. Pengenalan Teknik Dirgantara
2. Matematika Teknik 1
3. Rekayasa Termal
4. Kinematika dan Dinamika
5. Material Pesawat dan Metode Manufaktur
6. Mekanika Kekuatan Material.
Kuliah-kuliah tersebut masih terbilang umum karena beberapa di antaranya ada di jurusan lain, namun tentu saja dengan fokus yang berbeda.

Untuk menjawab pertanyaan "apa yang dipelajari di situ?", maka jawaban yang paling pas adalah mekanika dan desain untuk pesawat terbang. Kuliah-kuliah yang diberikan sebenarnya tidak jauh dari kuliah teknik mesin, yang dulu adalah induk dari teknik penerbangan sebelum menjadi prodi. Di prodi aero, kuliah-kuliah yang diberikan lebih spesifik ke pesawat terbang. Sebagai contoh, kuliah Material Pesawat dan Metode Manufaktur, pada prodi aero pembahasannya dispesifikkan ke struktur material dan penggunaannya pada pesawat meskipun di dalam buku pegangannya terdapat materi orbital atom. Spesifikasi ini ditujukan agar ilmu yang didapatkan tidak jauh melenceng dari ilmu yang diperlukan.

Tingkat kesulitan kuliah di prodi aero bisa dibilang cukup menantang. Seperti halnya jurusan teknik yang lain, tentu pengetahuan fisika dan matematika sangat dibutuhkan. Menurut beberapa senior dan dosen, prodi AE adalah prodi dengan tingkat kesulitan matematika paling tinggi di jurusan lain di FTMD ITB. Dalam keprofesiannya, sering insinyur pesawat terbang harus berhadapan dengan masalah matematika yang kompleks. Bahkan seorang dosen pernah mengatakan, aerospace engineer adalah 50% matematikawan dan 50% rekayasawan. Tingkat kerumitan pesawat terbang dan faktor keselamatan yang tinggi juga membuat bidang ini cukup rumit. Maka, jika tertarik pada kuliah yang menantang dan ingin mendalami pesawat terbang, aerospace engineering adalah tempat yang tepat.

Profesi
Setelah lulus, pastinya tidak ada batasan pekerjaan yang dapat kita tekuni. Umumnya, alumni AE ITB bekerja di perusahaan manufaktur (i.e. PT DI), jasa perbaikan (i.e. Garuda Maintanence Facilities), maskapai penerbangan, dan perusahaan migas. Tak sedikit pula yang melenceng dan menjadi pebisnis dan pegawai bank, bahkan seorang sutradara terkenal, Joko Anwar, merupakan alumni AE ITB. Sebagian lagi mengabdikan dirinya menjadi dosen dan pegawai pemerintahan.

Ilmu yang didapatkan dari aerospace engineering memang dispesifikkan ke pesawat. Tapi dalam penerapannya, sangat luas. Analisa struktur contohnya, pada pesawat terbang sangat rumit karena struktur diwajibkan bersifat kuat namun ringan. Jadi tidak heran jika insinyur pesawat terbang dapat mengerjakan analisa struktur pada jembatan karena relatif lebih mudah. Dari aerodinamika, kendaraan dan bangunan saat ini sudah banyak yang dianalisis segi aerodinamisnya. Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Madura adalah salah satu contohnya.

Jadi, profesi yang bisa didapatkan dari berkuliah di aerospace engineering sangat banyak. Keteknikannya spesifik dan rumit, namun di situlah keunggulannya karena beberapa bidang keteknikan relatif lebih mudah. Setidaknya, begitulah yang sering disampaikan oleh dosen kami yang sering mengerjakan proyek bangunan dan kendaraan. 

No comments:

Post a Comment