Belakangan ini sangat banyak masalah yang harus saya selesaikan. Awalnya saya berpikir untuk tidak pernah cerita ke bapak dan ibu saya, namun saya berubah pikiran karena menurut saya tidak ada salahnya.
Saya berpikir bahwa orang tua saya sudah memiliki banyak pengalaman untuk menyelesaikan persoalan pada usia saya sekarang, maka dari itu saya berkesimpulan seperti di atas. Ternyata, nasihat yang beliau berikan sudah ditanamkan sejak saya belum merantau. Saya merangkum beberapa nasihat bapak dan ibu saya di dalam tulisan ini. Nasihat yang tertulis adalah nasihat yang masih saya ingat, mulai dari saya SD hingga sekarang
Jangan Pernah Menyalahkan Keadaan
Sejak kecil, saya selalu anti dengan pelajaran biologi dan Bahasa Indonesia. Saya selalu berdalih bahwa guru yang mengajar tidak kompeten dalam menyampaikan ilmunya, pelajarannya terlalu sulit karena harus menghafal, dan banyak lagi alasan lain. Namun, ibu saya bilang, "kamu harus cari cara lain untuk bisa mengerti pelajaran itu, teman kamu ada yang bisa kan? Berarti bukan sepenuhnya salah guru kamu."
Kemudian saya menerjemahkan nasihat itu ke dalam kondisi saat ini. Masih sering saya menyalahkan keaadan sekitar untuk beberapa kesulitan yang saya alami. Dengan mengingat nasihat ibu saya, saya selalu mencari solusi yang bisa saya tawarkan dari diri sendiri, apa yang bisa saya perbuat untuk mengubah keadaan.
Ikhlas
Pernah satu kali saya sangat kecewa dengan nilai ujian saya. Bukan ujian biologi atau bahasa, tapi matematika. Ilmu yang menurut saya sudah saya cukup saya pahami. Kuliah kalkulus di semester satu saya berakhir dengan sedikit kesedihan. Kemudian saya cerita ke ibu saya bahwa nilai saya cukup mengecewakan. Beliau berkata, "sudah tidak apa-apa, kamu baru masuk kuliah, mungkin kamu masih beradaptasi. Yang penting kamu tau kamu harus berusaha lebih dari sekarang."
Sudah beberapa kali saya mendefinisikan ikhlas, namu perkataan ibu saya menyadarkan bahwa ikhlas adalah keseimbangan antara apa yang kita usahakan dan hasil yang kita peroleh. Sama seperti hukum termodinamika, "tidak ada efisiensi yang bernilai seratus persen." Maka jangan berharap mendapatakan seratus jika kamu tidak berusaha lebih dari seratus.
Kekuasaan
Suatu kali saya bercerita dengan bapak saya, mengenai perilaku mahasiswa di daerah saya yang sering menindas juniornya ketika mereka sudah memiliki "hak" untuk melakukan hal tersebut. Bapak saya turut mengiyakan bahwa pada zaman beliau hal tersebut juga sudah terjadi. Saya bertanya apa yang harus saya lakukan ketika berada di posisi mahasiswa senior tersebut. Beliau berkata, "Orang yang bijak adalah yang ketika ditindas dan tidak berdaya, dia diam dan menunggu kesempatan. Yang ketika diberi kesempatan menindas, dia tidak melakukannya karena tau dampak dari hal tersebut".
Dari kalimat tersebut, saya belajar bahwa kadang kita melakukan penyalahgunaan kekuasaan. Memanfaatkan kekuasaan untuk melakukan hal-hal yang tidak layak dilakukan. Sering kita melihat pendemo di jalan, meneriakkan makian untuk koruptor. Ketika dia berada di posisi tersebut, malah dia yang balik diteriaki. Penyalahgunaan kekuasan, kan?
Balapan dengan Wakktu
Saya sering berleha-leha ketika akan berangkat ke sekolah atau tempat formal lain. Jika ibu saya tahu jadwal masuk saya, maka beliau akan mengomeli saya, "jam di dinding itu tidak akan berhenti ketika kamu berleha-leha, jarum jamnya tetap jalan!"
Saya memaknainya sebagai peringatan bahwa kita terus berpacu dengan waktu. Kita tidak pernah bebas dari waktu, maka dari itu jangan menyia-nyiakan waktu. Sebagai gambaran, jadwal masuk SMA saya jam 07.30 dan saya baru berangkat dari rumah 07.20. Sebelumnya saya akan menonton spongebob.
Check and Re-check
Menurut saya, ibu saya adalah salah satu orang paling teliti di dunia. Beliau ingat hampir setiap barang di rumah (mungkin ini basic skills dari ibu-ibu) dan jarang sekali meninggalkan barang dalam keperluan apapun. Hal yang paling berbekas dari nasihat ini adalah ketika saya melakukan daftar ulang mahasiswa baru. Beliau menasihati, "Sudah kamu tulis apa saja yang harus dibawa? Sudah kamu buatkan checklist-nya? Jangan cuma diingat, harus dicatat." Beliau kemudian mencetak daftar yang harus dibawa untuk daftar ulang tersebut. Karena bepergian dengan ibu saya, saya sampai harus memberi tanda centang tiga kali pada list tersebut, tiga kali!
Pada daftar ulang selanjutnya (di tahun 2013, daftar ulang untuk mahasiswa baru 2013 jalur SNMPTN dilakukan sebanyak dua kali), ibu saya sudah mengingatkan sejak saya masih di Palu. Beliau bertanaya apakah saya sudah baca seluruh persyaratan yang harus dibawa untuk daftar ulang, saya berkata sudah, namun tidak membuat check list-nya. Sialnya, ketika sampai di Bandung, saya baru menuliskan check list-nya dan sadar bahwa salah satu berkas ketinggalan. Kemudian dalam petunjuk daftar ulang tersebut, terdapat ancaman "siswa yang berkasnya tidak lengkap atau tidak sesuai terancam dikeluarkan." Ampun!
Bekerja dengan Sepenuh Hati
Mungkin sudah terdengar basi, tapi ibu saya juga pernah berkata demikian, ketika saya mengeluh karena harus belajar biologi. "Kalau kamu belajarnya dengan perasaan senang, maka kamu bisa mengerti ilmunya, hasilnya akan baik."
Beliau tidak membatasi pekerjaan yang kita lakukan dengan passion. Saya memaknai nasihat tersebut untuk melakukan seluruh pekerjaan sebaik mungkin (kecuali kita ingin dinilai buruk) karena yang bisa menilai kita adalah orang lain dan penilaian orang lain tidak sama dengan penilaian kita
Rapih dan Bersih
Ini anjuran ibu saya untuk menjalani hidup, diberikan dengan cara mengomeli anak-anaknya setiap bangun tidur. Maaf mak, saya belum bisa menjalani nasihat ini sepenuhnya.
Masih banyak lagi nasihat-nasihat yang diberikan oleh bapak dan ibu saya. Saya memaknai nasihat-nasihat tersebut, saya bersyukur bapak dan ibu saya mengajarkan nilai-nilai kebaikan di setiap hidup saya, meski belum semuanya bisa saya aplikasikan.
Menurut saya, nilai-nilai yang ditanamkan ole bapak dan ibu saya adalah nilai pendidikan karakter yang paling membekas bagi saya.
No comments:
Post a Comment