Wednesday, 25 June 2014

#6 Untitled

Di sebuah dunia galau, desa disebut sebagai hati dan sumur adalah luka Terkadang sumur itu penuh akan air dari langit mata, namun kering seiring waktu. Angin adalah kenangan, angin yang berhembus hanya satu, angin dari masa lalu. Bahayanya, angin ini bersifat pancaroba. Kadang membawa senyum karena kenangan indah, tapi sering membawa lara dari masa yang kelam, bergantung pada perbedaan tekanan saat itu.


Tiap-tiap desa memiliki ciri khasnya sendiri. Desaku adalah desa dengan penduduk tetap. Di sini hanya ada beberapa orang yang terus tinggal dan menjalin kekerabatan. Dipimpin oleh pemilik desa ini sendiri, namun pemilik desa ini cenderung menurut pada elemen lain. Seringkali pemilik desa membiarkan desanya diporak-porandakan, diabaikan, dan dibakar oleh elemen itu sehingga muncullah sumur-sumur baru. Tapi ketika elemen itu menebar kebaikannya, maka nyaris semua sumur-sumur itu tertutup. Desa ini hampa tanpa elemen itu.

Elemen itu sendiri adalah pemilik desa lain. Di desa lain, selain pemilik desa disebut sebagai elemen. Sering kali pemilik dari desa sebelumnya berkunjung ke desa seberang. Ya, jaraknya sangat dekat, bahkan hampir tak berbatas, tapi mereka bukan satu desa. Bagi desa yang ini, elemen yang sering berkunjung memiliki sebuah keunikan, tapi pemilik desa ini terlalu sibuk menjaga agar tidak tercipta sumur di desanya, seringlah terabaikan elemen yang berkunjung ini.

Angin hanya berhembus antar kedua desa, ya, hanya ada dua desa di dunia ini. Tekanan yang ada adalah tekanan yang mereka ciptakan. Dan setiap terbit hingga terbenamnya matahari adalah waktu mereka untuk menanam bibit-bibit angin, sering mereka menanam bibit itu bersama, mereka yang menciptakan angin itu. Campuran anginnya yang membuatnya pancaroba, karena beberapa kali kehabisan ingredients baik atau salah satu pemilik desa terlalu mementingkan desanya.

Mereka menanam dan menuai bibit angin, setiap hari, hingga akhirnya angin-angin berhembus sangat banyak. Mereka menikmatinya, dan terkadang angin di desa seberang adalah angin yang diinginkan salah satu pemilik desa. Hingga akhirnya mereka memutuskan menyatukan desanya, untuk bersama-sama menanam bibit angin. Mereka akan terbang.

Ditulis dalam kondisi setengah sadar,
Bandung, 26 Juni 2014, 00:20
Pemilik desa

No comments:

Post a Comment