Wednesday, 25 June 2014

#6 Untitled

Di sebuah dunia galau, desa disebut sebagai hati dan sumur adalah luka Terkadang sumur itu penuh akan air dari langit mata, namun kering seiring waktu. Angin adalah kenangan, angin yang berhembus hanya satu, angin dari masa lalu. Bahayanya, angin ini bersifat pancaroba. Kadang membawa senyum karena kenangan indah, tapi sering membawa lara dari masa yang kelam, bergantung pada perbedaan tekanan saat itu.

Sunday, 8 June 2014

#5 Saya tahu saya berada atau seperti di rumah, ketika...

Saya tahu saya berada atau seperti di rumah, ketika...

Saya senyum kepanasan
Bukan mengerut kedinginan

Saya tidur berselimut kedinginan oleh AC yang dinyalakan adik kecil saya
Bukan tak berselimut karena entropi kamar kos

Saya mengenakan jaket menghindari kulit terbakar
Bukan untuk menutupi diri dari kedinginan

Saya dapat menikmati semua makanan
Bukan kebingungan akan menu yang ada

Saya dapat memandang hal yang jauh
Bukan terkurung di daerah berbatas tembok

Saya dapat merasakan asinnya air laut
Bukan dinginnya udara gunung

Saya dapat berlari ke bukit maupun pantai
Bukan berkendara jauh untuk mencapainya

Saya dapat menceburkan diri ke dalam sungai
Bukan jijik melihat warna dan sampahnya

Saya dapat menikmati langit sore yang oranye
Bukan langit yang kelabu

Saya dapat bermandikan cahaya matahari
Bukan kebasahan deras hujan

Saya mengomel dan selalu ada Ibu yang menanggapi
Bukan bertengkar sendiri dalam pikiran

Saya tahu saya berada di rumah, ketika...

Saya mengatakan tai laso dan semua orang menoleh
Bukan berteriak anjing dan tak ada yang peduli